agama islam
Ahad, 21 April 2013
Peringatan 1000 hari wafatnya Almaghfurlah KH.DR.Idham Chalid
Alhamdulillah acara peringatan 1000 hari Almaghfurlah KH.DR.Idham Chalid berjalan lancar. Acara yang berlangsung pada hari sabtu, 20 April 2013 mulai pagi sampai malam. diawali dengan pembacaan surat Al-Ikhlas sebanyak 10.000 kali kemudian dilanjutkan tahlil selepas magrib. Dan sebelumnyapun juga acara khataman Al-Qur'an. Keesokan harinya acara ziarah ke Makam beliau yang berada di Cisarua Bogor Jawa Barat.
MENSYUKURI NIKMAT ALLAH
PENDAHULUAN
Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada
manusia, merupakan pemberian yang terus menerus, dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya
manusia sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa
seolah-olah belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak
bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya
sangat banyak dari permintannya.
Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah
nikmat iman. Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan
nikmat Allah tidak pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan.
Termasuk sifat yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang
ada padanya adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri manusia itu sendiri.
Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya. Oleh karena itu, kita
sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya diharapkan
diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah
berikan kepada kita.
Syukur berarti Memuji, berterima kasih dan merasa berhutang budi kepada
Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia tersebut dan mencintai-Nya dengan
melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Allah telah memberikan apa yang telah
diberikan-Nya kepada kita, seperti halnya semua alat indra kita serta nikmat
kesehatan yang semua itu tidak bisa diukur dengan material kita. Akan tetapi
bagaimana kita harus menyikapi pemberian yang Allah berikan kepada kita?
Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang
diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa
yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa
yang sudah ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah
ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.
Perintah atau anjuran–anjuran tersebut diatas adalah merupakan alat ukur
kita seberapa jauh kita dalam membalas rasa syukur, serta kenikmatan dalam hal
kesehatan serta hal yang membuat kita mampu untuk memenuhi keinginan kita
terhadap Allah. Akan tetapi tentu saja semua hal yang berkaitan kenikmatan di
dunia semua itu merupakan hanya kenikmatan sementara yang nantinya akan diambil
oleh Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Tentang Nikmat
Allah dan Cara Mensyukurinya
Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada
kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih
kepada nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya
akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa
untuk dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia
dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita
menemukan keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran
dan kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat
dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt,
dan penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat
yang diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam2, disetiap detik yang
dilalui maninusia tidak pernah lepas dari nikmat allah, nikmatnya sanggat
besar. Sehingga mausia tidak akan dapat menghitungnya.
Sejak manusia lahir dengan keadaan tidak tahu apa2, kemudia diberikan
pendengaran, penglihatan dan hati damai meninggal dunia menghadap allah
diakhirat kelak dan ia tidak akan lepas dari nikmat allah.
B. Hakikat bersyukur
Manusia adalah makhluk
ALLAH SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan
diciptakan untuk menyembah hanya kepada-Nya seraya bersyukur atas hidup
untuk mencapai kedudukan yang tertinggi di akhirat kelak. Jika kita fikir
dahulunya kita tercipta dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa
sedikit berbuat, kini kita memiliki banyak ilmu pengetahuan serta nikmat yang
banyak. Lantas bagaimana kita tidak bersyukur? Sementara balasan yang
dijanjikan ALLAH SWT apabila hambanya mensyukuri nikmat-Nya, adalah
kenikmaatannya akan ditambah dan dilipat gandakan nikmat–nikmatnya yang lain.
Sebagaimana ALLAH SWT berfirman dalam (Q.S. Ibrahim : 7) yang berbunyi:
وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيدٌ
Artinya :Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Qs. Ibrahim:7)
Orang yang selalu
bersyukur ia akan selalu menginggat Allah SWT dalam berdiri, duduk,
sampai tidurnyapun, dari bangun tidur sampai tidur lagi ia akan selalu
berdzikir, dan tidurnya pun untuk mengumpulkan energi untuk besyukur atas niam
(nikmat Allah SWT). Inilah hakikat syukur dari hati, akal,lisan dan jasad
sebenarnya.
Nikmat atau
rezeki yang diterima adalah barokah Allah SWT, meskipun hanya kecil dan sedikit
tetapi cukup dan menentramkan hati. Karena orang yang selalu bersyukur akan
diberikan keidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang, dan bahagia serta
terhindar dari fitnah dan azab dunia serta akhirat
C. Ayat al-Qur’an Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
1. Surat Al-Zukhruf Ayat 9
-13
a. Teks Ayat
ûÈõs9ur OßgtFø9r'y ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur £`ä9qà)us9 £`ßgs)n=yz âÍyèø9$# ÞOÎ=yèø9$# ÇÒÈ Ï%©!$# @yèy_ ãNà6s9 uÚöF{$# #YôgtB @yèy_ur öNä3s9 $pkÏù Wxç7ß öNä3¯=yè©9 crßtGôgs? ÇÊÉÈ Ï%©!$#ur tA¨tR ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. cqã_tøéB ÇÊÊÈ Ï%©!$#ur t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=ä. @yèy_ur /ä3s9 z`ÏiB Å7ù=àÿø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $tB tbqç6x.ös? ÇÊËÈ (#¼âqtGó¡tFÏ9 4n?tã ¾ÍnÍqßgàß ¢OèO (#rãä.õs? spyJ÷èÏR öNä3În/u #sÎ) ÷Läê÷uqtGó$# Ïmøn=tã (#qä9qà)s?ur z`»ysö6ß Ï%©!$# t¤y $oYs9 #x»yd $tBur $¨Zà2 ¼çms9 tûüÏRÌø)ãB ÇÊÌÈ
b.
Terjemah Ayat:
(09) Dan sungguh jika kamu tanyakan
kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya
mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui".
(10)
Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan
di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
(11) Dan yang menurunkan air dari langit menurut
kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,
seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12)
Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal
dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13)
Supaya kamu duduk di atas punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu
apabila kamu Telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha
Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya,
c. Tafsir Ayat dan
terjemahnya
ûÈõs9ur
OßgtFø9r'y
ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$#
uÚöF{$#ur £`ä9qà)us9
£`ßgs)n=yz âÍyèø9$#
ÞOÎ=yèø9$#
ÇÒÈ
}ولئن} لام قسم {سألتهم من خلق السماوات وَالْأَرْض لَيَقُولَنَّ}
حُذِفَ مِنْهُ نُون الرَّفْع لِتَوَالِي النُّونَات وَوَاو الضَّمِير لِالْتِقَاءِ
السَّاكِنَيْنِ {خَلَقَهُنَّ الْعَزِيز الْعَلِيم} آخِر جَوَابهمْ أَيْ اللَّه ذُو
الْعِزَّة والعلم زاد تعالى
Ï%©!$# @yèy_ ãNà6s9 uÚöF{$# #YôgtB @yèy_ur öNä3s9 $pkÏù Wxç7ß öNä3¯=yè©9 crßtGôgs? ÇÊÉÈ
{الذي جعل لكم الأرض مهادا} فِرَاشًا كَالْمَهْدِ لِلصَّبِيِّ {وَجَعَلَ
لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا} طُرُقًا {لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ} إلَى مَقَاصِدكُمْ فِي أَسْفَاركُمْ
Ï%©!$#ur tA¨tR ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. cqã_tøéB ÇÊÊÈ
{وَاَلَّذِي نَزَّلَ
مِنَ السَّمَاء مَاء بِقَدَرٍ} أَيْ بِقَدْرِ حَاجَتكُمْ إلَيْهِ وَلَمْ يُنْزِلهُ
طُوفَانًا {فَأَنْشَرْنَا} أَحْيَيْنَا {بِهِ بَلْدَة مَيْتًا كَذَلِكَ} أَيْ مِثْل
هَذَا الْإِحْيَاء {تُخْرَجُونَ} مِنْ قُبُوركُمْ أَحْيَاء
Ï%©!$#ur t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=ä. @yèy_ur /ä3s9 z`ÏiB Å7ù=àÿø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $tB tbqç6x.ös? ÇÊËÈ
{وَاَلَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاج} الْأَصْنَاف {كُلّهَا وَجَعَلَ لَكُمْ
مِنَ الْفُلْك} السُّفُن {وَالْأَنْعَام} كَالْإِبِلِ {مَا تَرْكَبُونَ} حُذِفَ الْعَائِد
اخْتِصَارًا وَهُوَ مَجْرُور فِي الْأَوَّل أَيْ فِيهِ مَنْصُوب فِي الثَّانِي
(#¼âqtGó¡tFÏ9 4n?tã ¾ÍnÍqßgàß ¢OèO (#rãä.õs? spyJ÷èÏR öNä3În/u #sÎ) ÷Läê÷uqtGó$# Ïmøn=tã (#qä9qà)s?ur z`»ysö6ß Ï%©!$# t¤y $oYs9 #x»yd $tBur $¨Zà2 ¼çms9 tûüÏRÌø)ãB ÇÊÌÈ
{لِتَسْتَوُوا} لِتَسْتَقِرُّوا {عَلَى ظُهُوره} ذَكَرَ الضَّمِير وَجَمَعَ الظَّهْر
نَظَرًا لِلَفْظِ مَا وَمَعْنَاهَا {ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَة رَبّكُمْ إذَا اسْتَوَيْتُمْ
عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَان الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مقرنين}
مطيقين[1]
Ayat ke 9: (Dan sungguh jika) huruf Lam di sini bermakna
Qasam (kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?" Niscaya mereka akan menjawab,) dari lafal Layaquulunna terbuang Nun
alamat Rafa'nya, karena jika masih ada, maka akan terjadilah huruf Nun yang
berturut-turut, dan hal ini dinilai jelek oleh orang-orang Arab. Sebagaimana
dibuang pula daripadanya Wawu Dhamir jamak, tetapi 'Illatnya bukan karena
bertemunya dua huruf yang disukunkan ("Semuanya diciptakan oleh Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui") jawaban terakhir mereka adalah, "Allah
Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahuilah yang menciptakan kesemuanya itu."
Selanjutnya Allah swt. menambahkan:
Ayat ke
10: (Yang menjadikan bumi untuk kalian sebagai tempat menetap) sebagai hamparan
yang mirip dengan ayunan bayi (dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk
kalian) dilalui (supaya kalian mendapat petunjuk) untuk mencapai tujuan-tujuan
di dalam perjalanan kalian.
Ayat
ke11: (Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar) yang diperlukan oleh
kalian, dan Dia tidak menurunkannya dalam bentuk hujan yang sangat besar yang
disertai dengan angin topan (lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti itulah) sebagaimana cara menghidupkan itulah (kalian akan
dikeluarkan) dari dalam kubur kalian lalu kalian menjadi hidup kembali.
Ayat ke
12: (Dan Yang menciptakan makhluk yang berpasang-pasangan) berbagai jenis
makhluk berpasang-pasangan (semuanya, dan menjadikan untuk kalian kapal) atau
perahu-perahu (dan binatang ternak) misalnya unta (yang kalian tunggangi) di
dalam lafal ayat ini dibuang daripadanya Dhamir yang kembali kepada lafal Ma
demi untuk meringkas, Dhamir tersebut adalah lafal Fihi maksudnya, yang dapat
kalian kendarai.
Ayat ke
13: (Supaya kalian dapat duduk) tetap (di atas punggungnya) Dhamir yang ada
pada ayat ini dimudzakkarkan, dan lafal Zhahr dikemukakan dalam bentuk jamak
sehingga menjadi Zhuhur; hal ini karena memandang makna yang terkandung di
dalam lafal Ma (kemudian kalian ingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah
duduk di atasnya dan supaya kalian mengatakan, "Maha Suci Tuhan yang telah
menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya) tidak dapat menguasainya.
d. Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut
Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini adalah jika kamu tanyakan hai Muhammad
kepada orang-orang Musyrik dari kaummu itu, “Siapa yang menciptakan langit dan
bumi, mengadakan dan membentuknya?” Niscaya mereka menjawab, “Semuanya
diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam pengaruh kekuasaan dan balasan-Nya
terhadap musuh-musuhNya, yang maha mengetahui semua ciptaan itu dengan segala
yang ada di dalamNya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya.[2]
Sedangkan Menurut
Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir
pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta isinya adalah Allah Yang
Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka menyembah selain Allah
dan mengingkari kekuasaan-Nya.[3]
Penjelasan
ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang menjadikan bumi terhampar bagimu. Dia
menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat kamu pijak dengan telapak kakimu dan
kamu dapat berjalan di atasnya dengan kakimu. Allah membuatkan jalan-jalan yang
landai di atas bumi, yang dapat kamu tempuh dari satu negeri ke negeri lain
untuk keperluan penghidupan dan pendengaranmu.[4]
Sedangkan
menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyifati
Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna. Firman Allah ini
merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya. Supaya kalian mengakui
nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk
menuju penghidupan kalian.[5]
Ayat ke 11
dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah menurunkan air dari langit menurut kadar
(yang diperlukan), artinya menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-Qurtubi
yakni air yang diturunkan itu bukan seperti air yang diturunkan kepada kaum
nabi Nuh yang tidak menurut ukuran yang diperlukan sehingga air itu
menenggelamkan mereka. Akan tetapi air yang diturunkan itu sesuai dengan kadar yang diperlukan, bukan berupa badai yang menenggelamkan bukan pula
kurang dari apa yang dibutuhkan sehingga ia dapat menjadi penghidupan bagi
kalian dan binatang ternak kalian.[6]
Ayat 12 dan
13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu, lantas menjadikannya
berpasang-pasangan yaitu dengan menciptakan perempuan sebagai pasangan
laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perempuan. …وَجَعَلَ
لَكُمْ مِنَ الْفُلْقِ maksudnya adalah bahwa Allah
menjadikan kapal-kapal bagimu yang dapat kamu kendarai di laut kea rah yang
kamu kehendaki dalam perjalananmu di laut untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidupmu. Sedangkan hewan ternak dapat kamu kendarai di darat ke arah manapun
yang kamu tuju, seperti unta, kuda, bighal dan keledai.[7]
…لِتَسْتَوُوْا عَلى ظُهُوْرِهِ supaya kamu
dapat berada di atas punggung hewan yang kamu kendarai. Kemudian kamu ingat
nikmat Tuhanmu yang dianugerahkan kepadamu, berupa ditundukannya semua
fasilitas kendaraan itu bagimu di darat dan di laut.[8]
Berdasarkan
ayat, terjemah dan tafsir ayat tersebut di atas, timbullah sebuah kegelisahan intelektual pada diri penulis
mencoba mengkaji,
menyimak dan menyimpulkan deretan penjelasan di atas bahwa orang musyrik
sekalipun mengakui bahwa yang member nikmat itu adalah Allah. Banyak nikmat Allah yang diberikan kepada
manusia, bumi sebagai tempat hidup manusia dengan berbagai sarananya. Hujan (air
yang turun dari langit) sebagai sumber kehidupan. Dengan air, tanah yang
gersang menjadi subur. Kemudian Allah juga menciptakan pasangan semua hal yang
Dia ciptakan. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada panas ada
dingin, ada positif ada negatif dan seterusnya. Semua itu merupakan bagian dari
nikmat Allah yang diberikan kepada makhluknya khususnya manusia. Nikmat-nikmat
itu diberikan kepada manusia agar mereka dapat hidup sejahtera. Dengan nikmat
yang diberikan Allah, sewajarnya manusia selalu mengingat nikmat itu dari mana
datangnya, sehingga tidak menjadi manusia yang kafir (mengingkari nikmat). Bagi
yang memiliki binatang ternak, tumbuhan (kebun atau lading) dan atau
penghasilan lebih harus mengeluarkan hak untuk fakir miskin dan
sebagainya.
2. Surat Al-Ankabut Ayat
17
a. Teks Ayat
$yJ¯RÎ) crßç7÷ès? `ÏB Èbrß «!$# $YZ»rO÷rr& cqà)è=ørBur %¸3øùÎ) 4 cÎ) tûïÏ%©!$# crßç7÷ès? `ÏB Èbrß «!$# w cqä3Î=ôJt öNä3s9 $]%øÍ (#qäótGö/$$sù yZÏã «!$# XøÎh9$# çnrßç6ôã$#ur (#ráä3ô©$#ur ÿ¼ã&s! ( Ïmøs9Î) cqãèy_öè? ÇÊÐÈ
b.
Terjemah Ayat :
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu
membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu
memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah
Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.
c.
Tafsir Ayat
}إنَّمَا تَعْبُدُونَ
مِنْ دُون اللَّه} أَيْ غَيْره {أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إفْكًا} تَقُولُونَ كَذِبًا
إنَّ الْأَوْثَان شركاء لله {إنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُون اللَّه لَا يَمْلِكُونَ
لَكُمْ رِزْقًا} لَا يَقْدِرُونَ أَنْ يَرْزُقُوكُمْ {فابتغوا عند الله الرزق} اطلبوه
منه {واعبدوه واشكروا له إليه ترجعون{ [9]
17.
(Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu) (adalah berhala-berhala,
dan kalian membuat dusta) kalian mengatakan kebohongan, bahwa berhala-berhala
itu adalah sekutu-sekutu Allah. (Sesungguhnya yang kalian .sembah selain Allah
itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian) maksudnya mereka tidak akan
mampu memberi rezeki kepada kalian (maka mintalah rezeki di sisi Allah) yakni
mintalah rezeki itu kepada-Nya (dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.
Hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan).
d.
Penjelasan Ayat
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini,
menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka
menyembah patung-patung buatan mereka sendiri. Dengan demikian Allah
menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka sembah selain
diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk
kehidupannya. Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu
sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka
pun akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut
adalah teguran kepada umat Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk
mengharap mendapat rezeki dari apa yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa
berhala-berhala itu tidak mampu memberikan rezeki dan tidak patut untuk
disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang konteks
kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.[10]
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu”
artinya mintalah. Dan “arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala
bentuk rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu”
digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya
dengan berusaha sungguh-sungguh. Di ayat itu
juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut
disembah. Dia yang memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah
melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya. .[11]
Di ujung ayat terdapat kata “wasykuruulah”
dan bersyukurlah kepada-Nya. Ayat inilah yang menegaskan kepada kita untuk
mensyukuri segala rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Baik nikmat/rezeki
yang langsung diberikan Allah tanpa diminta dan diusahakan seperti pemberian
nyawa (ruh), anggota tubuh, maupun rezeki/nikmat yang diminta dan diusahakan
terlebih dahulu seperti harta dan benda, uang, kesehatan dan lain sebagainya.
Adapun lebih jelas lagi kandungan ayat tersebut
adalah adanya perintah Allah. Mengandung 3 perintah yaitu menyembah Allah,
meminta rezki hanya kepada Allah dengan berusaha sungguh-sungguh dan mensyukuri
segala rezeki yang diberikan Allah.
Walaupun ayat tersebut merupakan sebuah teguran
dan nasihat Allah kepada umat Nabi Ibrahim AS, namun menurut Moh.Matsna kandungan ayatnya ditujukan kepada umat manusia agar
menyembah dan bersyukur hanya kepada Allah swt yang telah banyak memberikan
nikmat/rezeki.[12]
Begitu banyak nikmat yang telah kita terima dari
Allah SWT. Negara ini telah mendapatkan nikmat lahan yang subur, kandungan
sumber daya alam melimpah, dan masyarakat Muslim yang sangat banyak. Diri-diri
kita telah mendapatkan nikmat hidup berkecukupan, anak-anak yang sehat dan
cerdas, pasangan hidup yang beriman. Bukan itu saja, masih banyak nikmat-nikmat
yang lain, yang jika kita mencoba menghitungnya, niscaya tidak akan mampu.
Allah SWT berfirman:
bÎ)ur (#rãès? spyJ÷èÏR «!$# w !$ydqÝÁøtéB 3 cÎ) ©!$# Öqàÿtós9 ÒOÏm§ ÇÊÑÈ
Artinya :“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(QS An Nahl : 18).
Oleh karena itu, dengan berpedomankan Al-Qur’an
surah al-Ankabut ayat 17 di atas, kita patut dan bahkan wajib sekali untuk
bersyukur kepada Allah. Apalagi perintah ini dipertegas oleh Allah dalam
Al-Qur’an surah al-Kautsar “Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang
banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbnlah.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia
untuk mensyukuri nikmat Allah swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1.
Mensyukuri dengan hati, dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa
segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah swt semata.
2.
Mensyukuri dengan lisan, dengan memperbanyak ucapan alhamdulillah
(segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur
juga milik Allah).
3.
Mensyukuri dengan perbuatan.
a.
Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan
perintah-perintah Allah, baik perintah wajib, sunnah maupun mubah.
b.
Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah dengan cara menghindari,
menjauhi dan meninggalkan segala bentuk larangan Allah, baik larangan yang
haram maupun yang makruh.
Syukur dengan hati, lisan dan
perbuatan ini hendaklah terefleksi dan tercermin pada setiap momentum yang
bersifat zhahir, bahkan yang tersamar sekalipun. Contoh cerminan sikap
mensyukuri nikmat Allah yang tampak secara lahir ini dapat dilihat dalam sikap
Nabi Sulaiman as saat ia mendapati singgasana Bilqis telah ada di sampingnya
dalam sekejap mata. Saat itu Nabi Sulaiman langsung berkata, "Ini
adalah anugerah Allah. Dia bermaksud mengujiku, adakah aku bersyukur ataukah
aku kufur." (QS An-Naml: 40)
Juga tampak dari sikap Raja
Dzulqarnain yang sukses membangun radm (semacam benteng) untuk menghalau
serbuan Ya'juj Ma'juj. Setelah sukses besar yang luar biasa ini, ia tidak
menisbatkan prestasi spektakulernya itu kepada dirinya, akan tetapi
menisbatkannya kepada Allah. Ia berkata, "Ini adalah rahmat dari
Tuhanku." (QS Al-Kahfi: 98)
Sikap yang sebaliknya
ditunjukkan oleh Qarun. Saat ia ditanya oleh kaumnya tentang sukses bisnisnya,
ia tidak menisbatkan sukses itu kepada Allah. Dengan penuh 'ujub,
sombong dan takabbur ia berkata, "Semua ini aku dapatkan
semata-mata karena ilmuku, kepintaranku, kepiawaianku" (QS Al-Qashash:
78). Karena itulah ia diazab Allah.
Selain itu, penegasan Allah terkait ayat 17
surah al-Ankabut tersebut, Allah telah berfirman, sebagaimna dalam QS.An-Nahl
ayat 114:
(#qè=ä3sù $£JÏB ãNà6s%yu ª!$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ (#rãà6ô©$#ur |MyJ÷èÏR «!$# bÎ) óOçFZä. çn$Î) tbrßç7÷ès?
Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari
rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika
kamu hanya menyembah Allah.”
Ayat di atas mengajarkan kepada kita agar pandai-pandai
mensyukuri nikmat Allah yaitu dengan diiringi peraturan tentang makanan yang
halal dan baik bukan makanan yang haram. Makanan yang halal adalah makanan yang
secara materi boleh dikonsumsi menurut hukum Islam dan diperoleh dengan cara
yang sesuai dengan ajaran Islam. Karena bisa jadi jenis makanannya halal, akan
tetapi diperoleh dengan cara yang melanggar ajaran Islam, maka makanan tersebut
jadi haram.
D. Hadits Tentang Nikmat
Allah dan Cara Mensyukurinya
1. Teks Hadits Tentang
Nikmat Allah
a. Teks Hadits
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ، عَنْ يَزِيدَ
بْنِ كَيْسَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتُسْأَلُنَّ
عَنْ هَذَا النَّعِيمِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمُ الْجُوعُ،
ثُمَّ لَمْ تَرْجِعُوا حَتَّى أَصَابَكُمْ هَذَا النَّعِيمُ (رواه مسلم)[13]
b.
Terjemah Hadits
Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Bakar dan Umar ra. Demi dzat yang
diriku ada di bawah kekuasaan-Nya, hari kiamat nanti kamu semua akan ditanyakan
(dimintai pertanggungjawaban) tentang nikmat ini, (semula) rasa lapar itu telah
mendorong kamu untuk keluar rumah, sehingga kamu belum mau kembali sebelum memperoleh
nikmat ini (HR. Muslim)
c.
Penjelasan Hadits
Dalam hadits tersebut Rasulullah saw. menjelaskan bahwa setiap nikmat yang
kita peroleh dari Allah dengan jalan usaha kita, akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Pertanggungjawaban nikmat/rezeki itu
berkisar dari mana nikmat/rezeki itu diperoleh dan bagaimana cara
memperolehnya, dan bagaimana cara memperoleh nikmat itu.[14]
2. Hadits Tentang Cara Mensyukuri Nikmat
a. Teks Hadits
وحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا
جَرِيرٌ، ح وَحَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، ح وَحَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ - وَاللَّفْظُ لَهُ - حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ،
وَوَكِيعٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ،
وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا
نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ[15]
b. Terjemah Hadits
Rasulullah saw.
bersabda lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu dan janganlah
kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu. (Muutafaq
‘Alaih)
c. Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas, nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang
orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya,
kesehatan dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya.
Dengan cara demikian, mereka akan merasa
beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah
standar nasib mereka. Sebaliknya nabi saw. melarang kaum muslimin memandang
orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah
diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan
mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak
memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum
muslimin dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam
masalah ketaatan kenjalankan agama (dalam hal kebaikan yang bernilai agama)
atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai
agama.[16]
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita
dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia.
Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat
mengucapkan alhamdulilla, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk
nikmat & berkah datangnya semata hanya dari ALLAH SWT dan kita dapat
mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan perbuatan kita dengan melaksanakan segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH
SWT, dan manusia yang tidak mau bersyukur maka ia akan rugi karena
ALLAH SWT tidak membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada
dasarnya ALLAH SWT maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia
mensyukuri untuk dirinya sendiri.
b. Pesan dan saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat dan memberikan
pencarahan bagi kita khusunya dalam bersyukur dan dapat membangkitkan kembali
semagat untuk bersyukur. Kami sangat membutuhkan pesan dan saran pembaca
apabila makalah yang kami buat memiliki kekurangan dalam menyusun, agar untuk
kedepannya akan lebih baik dari ini.
DAFTAR PUSTAKA
-
Abu Ja’far, Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, (penerjemah Misbah
Abdul Somad), Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
-
Al-Jalalain, As-Shuyuthi, Al-Mahalli, Tafsir Jalalain
-
Al-Qurtubi, Syekh Imam, Tafsir Al-Qurtubi, (Penerjemah Akhmad
Khotib), Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
-
Departemen Agama RI, Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya, Diponegoro,
Bandung, 2004;
-
Matsna, Mohammad, Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits,
Karya Toha Putra, Semarang, 2009;
-
Muslim, Al-Imam, Shohih Muslim Shihab, M. Quraisy, Tafsir
Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an), Lentera Hati,
Jakarta 2002;
[2] Abu Ja’far Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, Penerjemah Misbah
Abdul Somad, Abdurrahim Supandi, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009) hal. 964
[3] Syekh Imam al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Penerjemah Ahmad
Khotib, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009), hal.160
[10] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta,
Lentera Hati, 2002), hal. 461
[11] Ibid, hal
462
[14] Moh. Matsna, Op.
Cit, hal.8
[16] Moh. Matsna, Op.
Cit. hal. 12
Langgan:
Catatan (Atom)